CaraMeningkatkan Nilai Perusahaan. Tentunya, saat perusahaan mengalami penurunan nilai maka mau tak mau manajemen harus bertindak agar nilai perusahaan bisa meningkat. Meningkatkan nilai perusahaan adalah meningkatkan pendapatan dan meminimalisir biaya yang keluar. Tujuannya adalah untuk menghasilkan laba yang maksimal.
Bisniscom, JAKARTA- PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (bank bjb) meraih penghargaan "Top 100 Most Valuable Brands" dari Brand Finance Indonesia. saham baru yang akan dilepas dalam rights issue bank bjb adalah sebanyak 925 juta lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp250 per saham demi memperkuat ketahanan perusahaan.
Nilaikeseluruhan transaksi adalah sejumlah USD436 juta (empat ratus tiga puluh enam juta dolar AS), yang mewakili 100% perubahan kepemilikan saham, atau setara dengan 423.600 saham yang dimiliki MPMX dan anak perusahaannya di FKT. Peristiwa ini sekaligus mewarnai perjalanan FKT yang pada tahun 2018 ini memasuki usia ke-30 tahun.
Alirankas yang bisa dipakai dalam penilaian saham adalah risiko yang dapat kita terima dan tentu saja harus memiliki pengetahuan yang baik juga agar mendapatkan hasil yang worth it. Sudah ada orang terkaya di dunia hanya gara-gara memiliki saham yaitu Warren Buffet (yang memulai investasi sahamnya di umur 11 tahun) jadi tidak ada salahnya
Definisivalue investing yang paling sederhana adalah kemampuan untuk menemukan investasi yang mewakili nilai terbaik untuk uang, atau dengan kata lain, kurang dari nilainya yang sebenarnya. Intinya, value investor bertujuan untuk menemukan saham, obligasi, mata uang, properti, atau komoditi yang dihargai dengan harga diskon yang signifikan
PTSchroder Investment Management Indonesia. Lantai 30 Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1. Jl Jend Sudirman Kav 52-53. Jakarta 12190, Indonesia. PT Schroder Investment Management Indonesia berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (OJK); dan anggota dari Asosiasi Perusahaan Reksa Dana Indonesia (APRDI).
.
Investor mengenal tiga macam gaya dalam berinvestasi saham, yakni growth, value, dan momentum. Lantas, apa saja perbedaannya?Table of Contents1. GrowthGrowth Stocks di Indonesia2. ValueValue Stocks di Indonesia3. Momentum1. GrowthSaham-saham berkategori growth stocks adalah saham yang kinerjanya diharapkan dapat tumbuh lebih cepat dibanding kinerja pasar saham dan perekonomian secara keseluruhan. Hal ini bisa terjadi mengingat pasar yang menjadi tujuan dari perusahaan tersebut juga lebih besar dari ukuran perusahaan itu dan pesaingnya yang di sektor sama dan juga masih terus berkembang. Beberapa contoh saham berkategori growth stocks adalah saham-saham perusahaan teknologi seperti Amazon, Google, Facebook, dan Netflix. Tak heran, sebab hadirnya teknologi komputasi awan dan teknologi mobile mampu membantu mereka untuk menjangkau konsumen secara lebih luas dengan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan perusahaan-perusahaan yang memiliki aktivitas bisnis tradisional brick-and-mortar.Perusahaan penerbit growth stocks biasanya jarang membagikan dividen kepada investor. Mereka cenderung melakukan reinvestasi labanya demi menumbuhkan bisnisnya. Sehingga, mereka bisa meraih untung lebih tinggi lagi dan bikin harga sahamnya kian berkategori growth terbaik adalah perusahaan yang mampu menciptakan dan menerapkan suatu cara yang bisa diterapkan berulang kali tiap kali ia berniat untuk masuk ke pangsa pasar baru. Contoh yang baik adalah Netflix. Perusahaan tersebut tadinya berkecimpung di bisnis penyewaan DVD sebelum akhirnya menggarap bisnis streaming film. Selain itu, Netflix juga awalnya membeli lisensi konten dari rumah produksi lain, seperti Disney, sebelum akhirnya bisa memproduksi kontennya sendiri. Dan sekarang Netflix tak hanya mampu menggaet pelanggan dari Amerika Serikat namun juga dari seluruh kalau dilihat dari pengukuran tradisional, harga-harga saham growth relatif terlihat cukup "mahal" dibandingkan saham-saham yang termasuk dalam value stocks. Acap kali, saham-saham ini pun punya rasio valuasi yang juga tinggi seperti yang ditunjukkan dari rasio harga saham per laba saham Price to Earning, harga saham per penjualan Price to Sales, dan harga saham per nilai buku Price to Book Value.Kendati demikian, tingginya nilai saham tersebut disebabkan karena "pertumbuhan" perusahaan tersebut tidak tercermin tahun ini, melainkan baru di tahun-tahun mendatang. Sebuah perusahaan biasanya jarang membukukan laba di tahun pertama lantaran harus menggelontorkan biaya signifikan untuk memasarkan produknya. Namun, bukan berarti perusahaan tersebut tak contoh yang baru setelah 14 tahun bisa membukukan laba karena perusahaan terus melakukan reinvestasi arus kasnya setiap tahun untuk mengembangkan usaha. Bahkan, rasio harga saham per laba Amazon selalu tinggi karena perusahaan selalu menawarkan bisnis baru misalnya Alexa, jasa komputasi awan, hingga Amazon Prime Video ke pasar yang beragam Rasio Price-to-Earning Amazon yang bertumbuh drastis pada 2015 lalu. Sumber TradingviewHarga saham growth stocks juga cukup tinggi apabila disandingkan dengan profitabilitas dan neraca keuangannya yang sekarang. Saat pertumbuhan perusahaan ternyatakan dan perusahaan mampu memanfaatkan peluang itu untuk terus berkembang, maka harga sahamnya tentu akan jika sebuah perusahaan tak mampu memanfaatkan pertumbuhan tersebut, maka harga saham growth stocks bisa amblas cukup dalam mengingat kinerja perusahaan ternyata tak sebanding dengan harganya yang mahal. Ini bisa terjadi, misalkan, karena perusahaan tidak mampu bersaing dengan kuat dari pendatang yang baru dan tidak bisa mempertahankan dari kasus ini adalah Nokia dan medio 2000 hingga 2005, Nokia dikenal sebagai pemain utama di pasar ponsel global. Hampir seluruh orang memiliki ponsel Nokia dan tidak ada produsen ponsel lain yang bisa menyamai pesatnya pertumbuhan perusahaan teknologi asal Finlandia tersebut. Saking apiknya kinerja keuangan Nokia, harga sahamnya bahkan pernah menyentuh rekor 55 Euro per lembar di periode harga saham Nokia kemudian terjun bebas setelah 2000 lantaran minimnya inovasi produk perusahaan. Harga saham Nokian kian terpukul pada 2005 hingga 2009, ketika Blackberry mencoba menantang dominasi Nokia di pasar ponsel global dengan mengandalkan teknologi mobile saham Blackberry pun menyentuh puncaknya pada 2009. Sayangnya, dominasi mereka pun tak bertahan lama karena Apple perlahan menggeser posisi mereka. Kini, Apple, dengan produk-produk iPhone-nya yang terbilang inovatif, masih berjaya di pasar, sementara Nokia dan Blackberry malah lenyap dari Stocks di IndonesiaDi Indonesia, Bursa Efek Indonesia BEI telah menciptakan indeks yang terdiri dari growth stocks yang bernama IDXGrowth30 sehingga investor bisa dengan mudah mengikuti kinerja saham-saham growth di Indonesia. IDXGrowth30 ini terdiri dari 30 saham yang memiliki tren pertumbuhan positif dari segi laba bersih dan pendapatan terutama apabila dibandingkan harga sahamnya, likuiditas transaksi yang cukup, serta kinerja keuangan yang kinclong. Salah satu contoh growth stocks di Indonesia adalah saham-saham bank awal 2020, investor pasar modal Indonesia keranjingan saham-saham bank mini yang berniat transformasi menjadi bank digital. Nilai saham PT Bank Jago Tbk ARTO, misalnya, berhasil terbang lebih dari 5 kali lipat dari ke per lembar pada periode tersebut. Hal ini disebabkan oleh antusiasme masyarakat ihwal aplikasi bank digital dan anggapan kuat pelaku pasar bahwa ARTO akan menjadi pemimpin bank digital utama di Indonesia mengingat ARTO adalah bagian dari ekosistem teknologi raksasa Indonesia, kinerja saham ARTO mendorong beberapa perusahaan rintisan berkelas Unicorn untuk menjajal sektor perbankan dengan mengakuisisi bank-bank mini. Kini, pelaku pasar bisa melihat betapa pesatnya pertumbuhan nilai saham seperti PT Bank MNC International Tbk BABP, PT Bank Neo Commerce Tbk BBYB, dan PT Bank Bumi Artha Tbk BNBA dalam setahun terakhir. Padahal, fundamental keuangan bank-bank tersebut tidak begitu mumpuni jika dibandingkan empat bank raksasa Indonesia, BBCA, BMRI, BBRI, dan September 2021, hype tersebut pun bubar setelah tidak ada satu pun bank digital yang mampu menunjukkan perkembangan berarti di kancah bank digital. Makanya, tak heran jika harga saham bank-bank digital amblas sekitar 40% hingga 50% dalam jangka waktu dua hingga tiga pekan sisi lain, nilai saham ARTO masih tetap kokoh mengingat perusahaan sudah meluncurkan aplikasi dan produk bank digital dengan keandalan mumpuni. Sehingga, nilai sahamnya diharapkan bisa punya pertumbuhan stabil meski investor 2. ValueValue investing adalah gaya berinvestasi yang berfokus mencari saham-saham yang harga pasarnya lebih rendah dibanding nilai intrinsiknya. Nilai intrinsik adalah nilai seharusnya dari saham tersebut terutama apabila dilihat dari segi fundamental yang mungkin sekarang sedang berbeda dari yang dihargai pasar. Di dalam value investing, investor akan menempatkan dana di saham-saham yang tengah diobral atau diremehkan oleh pelaku pasar lainnya. Penganut paham value investing percaya bahwa pelaku pasar nantinya akan mulai menyadari nilai sesungguhnya dari saham-saham tersebut dan nantinya mereka pun akan membeli saham tersebut yang mengakibatkan kenaikan harga ke tingkat seharusnya. Seperti yang diungkapkan punggawa value investing Benjamin Graham berikut"Dalam jangka pendek, pasar adalah mesin pemungutan suara. Namun, dalam jangka panjang, pasar adalah mesin penimbang."Pada umumnya, saham-saham value stocks berasal dari perusahaan besar dengan reputasi baik serta memiliki kinerja keuangan yang sudah teruji cemerlang. Mereka biasanya membayar dividen ke investor, sehingga investor bisa mendapatkan untung baik melalui pembayaran dividen atau apresiasi nilai saham. Beberapa contoh value stocks adalah saham-saham milik Bank of America Corporation BAC, JPMorgan Chase & Co. JPM, Wells Fargo & Company WFC.Untuk menemukan saham-saham yang sedang murah, investor yang menganut value investing akan menggunakan rasio-rasio berikut sebagai kuncinyaRasio harga saham terhadap laba per saham price-to-earnings atau P/E yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat dengan relatif cepat menggunakan labanya untuk "menyamai" nilai sesungguhnya dari harga saham tersebut. Sebagai contoh, satu perusahaan dengan rasio P/E 8 mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut hanya membutuhkan waktu delapan tahun untuk "menyamai" nilai sesungguhnya dari perusahaan harga saham terhadap nilai buku perusahaan price-to-book value atau PBV yang rendah berarti perusahaan tersebut memiliki nilai buku aset yang relatif lebih tinggi dibanding neraca keuangannya. Artinya, jika perusahaan tersebut harus melikuidasi asetnya, maka lebih besar kemungkinannya hasil penjualan aset-aset tersebut bisa menyamai nilai perusahaan karenanya, mencari perusahaan dengan rasio valuasi yang rendah adalah cara bagi value investor untuk "balik modal" dalam berinvestasi. Rendahnya harga saham yang dibayar investor akan memberikan mereka marjin keamanan margin of safety, sehingga mereka tak akan terkapar parah jika hal buruk terjadi di masa depan. Sebab tentu saja membeli saham pas harganya sedang mahal akan membuka kemungkinan lebih lebar bahwa harga saham akan turun sehingga investor menderita kerugian yang tidak sedikit. Value Stocks di IndonesiaBEI juga memiliki satu indeks khusus untuk merangkum kinerja value stocks IDXValue30. Indeks ini berisikan saham-saham dengan valuasi harga murah yang memiliki likuiditas transaksi dan kinerja keuangan yang baik. Contoh saham value stocks di Indonesia bisa dilihat di tabel berikut!Biasanya, persepsi masyarakat tentang berinvestasi di value stocks adalah berinvestasi di perusahaan-perusahaan top namun dengan valuasi kecil. Nah, valuasi yang kecil tersebut terjadi akibat merosotnya harga saham, yang biasanya disebabkan oleh siklus bisnis yang lesu atau faktor eksternal satu value stocks terbaik adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk BBNI. Baru-baru ini, valuasi saham perseroan susut dari 1,2 hingga 1,5 kali nilai Price-to-Book menjadi 0,5 kali saja. Hal itu terjadi setelah analis menurunkan peringkat saham BBNI akibat buruknya aset yang dimiliki perseroan dalam dua tahun BBNI tidak tinggal diam. Perseroan merombak manajemennya dan memperbaiki produk-produk perbankan serta aset-aset yang dimiliki pada awal 2020. Imbasnya, BBNI pun menorehkan hasil pendapatan yang kuat pada kuartal II dan III 2021 dan bahkan mengalahkan estimasi nilai saham BBNI sudah kembali terdongkrak dengan valuasi yang sudah terkerek ke 0,75 hingga 0,8 kali dari nilai MomentumMomentum investing adalah gaya investasi di mana sang investor "latah" mengikuti gerak-gerik investor lainnya dalam menjual atau membeli saham. Atau, dengan kata lain, mengikuti momentum yang sedang heboh saat ini cukup bertolak belakang dengan kaum penganut fundamental yang selalu pasang kuda-kuda menanti pergerakan harga jangka panjang. Di dalam momentum investing, investor akan beraksi mengikuti pergerakan harga jangka pendek yang disebabkan oleh aktivitas investor perlu memperhatikan beberapa indikator teknikal penting jika kamu ingin melancarkan aksi momentum investing. Salah satu indikator yang populer digunakan adalah Moving Average MA, yakni indikator yang menggambarkan rerata harga penutupan saham dalam satu periode lebih mudah memahaminya, Sobat Cuan bisa melihat contoh dari grafik harga saham Tesla berikut iniDari grafik di atas, Sobat Cuan bisa melihat MA dari saham Tesla selama 30 hari 30-days MA sejak Desember 2020 hingga September 2021. Jika harganya berada di atas MA, maka tren harga saham Tesla akan meningkat. Sebaliknya, jika harga saham Tesla berada di bawah MA, maka tren harga menunjukkan itu, kamu juga perlu memanfaatkan tipe-tipe order lanjutan demi mengontrol waktu masuk dan keluar pasar. Limit order, misalnya, memungkinkan kamu untuk memaksimalkan profit dengan memanfaatkan volatilitas harga aset untuk masuk atau keluar pasar. Sementara itu, stops akan memungkinkan kamu untuk keluar-masuk pasar ketika terdapat pergerakan harga yang signifikan.
– Saat ini, berinvestasi bukanlah menjadi hal yang asing bagi kita. Jenis instrumen investasi dan informasi mengenai berbagai instrumen tersebut dapat kita akses dengan mudah. Salah satu jenis investasi yang cukup sering dibahas adalah saham. Saham merupakan jenis investasi yang menawarkan imbal hasil yang tergolong tinggi dan tentunya juga berbanding lurus dengan risikonya. Namun meskipun memiliki risiko yang tinggi, berinvestasi saham akhir-akhir ini cukup popular lho dikalangan masyarakat Indonesia. Untuk menghindari risiko kerugian dalam berinvestasi saham, kamu perlu memahami dan menganalisis saham perusahaan yang hendak kamu beli. Nah, menghitung enterprise value suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menganalisis kelayakan saham. Berikut ini kita akan membahas mengenai hal itu, yuk simak pembahasannya Memahami Enterprise Value Menghitung EV dari Laporan Keuangan Perusahaan Komponen yang Dapat Memengaruhi Enterprise Value 1. Nilai Ekuitas 2. Total Utang 3. Saham preferen Manfaat Enterprise Value Enterprise Value Multiple Memahami Enterprise Value Secara sederhana enterprise value atau EV dapat didefinisikan sebagai ukuran nilai total perusahaan yang biasa digunakan sebagai alternatif yang lebih komprehensif untuk mengukur kapitalisasi pasar suatu ekuitas. Banyak rasio keuangan yang mengukur kinerja suatu perusahaan menggunakan EV sebagai dasar perhitungan. EV juga merupakan perhitungan yang biasa digunakan untuk menilai sebuah entitas sebelum dilakukan akuisisi. Enterprise value memberikan informasi nilai dari total bisnis perusahaan seandainya investor ingin mengakuisisi perusahaan 100 persen. Oleh karena itu, EV sering digunakan sebagai ukuran fundamental untuk valuasi bisnis, analisis portofolio, analisis risiko, permodalan finansial maupun akuntansi. Menghitung EV dari Laporan Keuangan Perusahaan Nah, untuk mengetahui EVdari suatu perusahaan kamu bisa menggunakan dua rumus. Di bawah ini adalah rumus populer yang sering digunakan untuk menghitung EV Enterprise Value EV = Kapitalisasi Pasar + Nilai Pasar Utang – Kas Selain rumus di atas, para pelaku bisnis juga sering menggunakan rumus kompleks di bawah ini. Enterprise Value = Saham Preferen + Nilai Pasar Utang + Saham Biasa + Bunga Minoritas – Kas dan Setara Kas. Pada dasarnya, pengukuran nilai perusahaan juga bisa didapat melalui penghitungan jumlah aset yang dimiliki saat ini. Namun, itu bisa menjadi pekerjaan yang sangat merepotkan, mengukur nilai market dari semua aset yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, kebanyakan pebisnis lebih memilih untuk memonitor bagaimana aset-aset tersebut dibayarkan. Komponen yang Dapat Memengaruhi Enterprise Value Enterprise Value adalah elemen penting dalam mengetahui nilai wajar perusahaan, sehingga ada beberapa komponen tambahan yang perlu diperhitungkan ketika mencari angka EV. Di bawah ini adalah beberapa komponen yang dapat membawa dampak terhadap hasil pengukuran Enterprise Value. 1. Nilai Ekuitas Nilai ekuitas atau equity value menjadi salah satu komponen utama yang dapat membawa efek signifikan pada pengukuran EV. Kamu bisa mengukur equity value dengan mengalikan harga pasar saham dan nilai saham yang telah dicairkan. 2. Total Utang Total utang berasal dari jumlah kredit yang didapat dari bank atau pemberi utang lainnya. Biasanya, komponen ini berisi kewajiban perusahaan membayar bunga, baik itu untuk utang jangka panjang atau utang jangka pendek. Jika kemudian terjadi akuisisi, pengakuisisi nantinya dapat membayar sebagian utang tersebut dengan kas yang dimiliki oleh perusahaan. 3. Saham preferen Jenis saham ini biasanya diperlakukan seperti utang. Hal ini karena saham preferen dapat dimanfaatkan untuk melunasi dividen tetap. Oleh karena itu, dibandingkan jenis saham lainnya, prioritas untuk saham ini jauh lebih tinggi, khususnya dalam klaim pendapatan dan aset. Ini juga berlaku jika nantinya terjadi akuisisi, pihak pengakuisisi diwajibkan untuk membayar kembali saham preferen—karena perlakuannya sama dengan utang. Manfaat Enterprise Value Enterprise value merupakan bagian yang penting untuk meningkatkan valuasi bisnis suatu entitas. Nah, berikut ini adalah beberapa fungsi atau manfaat EV, yakni Dengan mengetahui EV, para investor akan diberikan kemudahan untuk mengetahui nilai akuisisi yang lebih tepat dan akurat serta menyeluruh dari emiten yang akan dibeli. Enterprise value merupakan elemen dasar dan penting untuk mengukur rasio keuangan perusahaan. Nah, dari angka tersebut, investor akan mengetahui dan dapat menilai kinerja perusahaan yang akan dibeli. Jika dibandingkan dengan market capitalization, EV dinilai memberikan perhitungan dengan nilai yang lebih akurat karena menunjukkan hasil pengurangan dari total utang perusahaan dan total kas. Berdasarkan nilai perhitungan tersebut, pengakuisisi dapat mengetahui jumlah keseluruhan kas perusahaan yang dapat dipakai untuk melunasi utang perusahaan. Selain itu, EV dapat digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat pembanding untuk memperhitungkan struktur permodalan yang berbeda. Dengan tujuan agar dapat menetralkan risiko yang mungkin terjadi di pasar. Enterprise value biasanya digunakan oleh investor nilai sebagai cara untuk melihat perusahaan yang telah dinilai terlalu rendah oleh pasar. Sebuah perusahaan dengan pendapatan yang solid dan bahkan mungkin dividen yang layak terlihat bagus di permukaan. Perusahaan mungkin juga memiliki kapitalisasi pasar yang besar. Namun, jika kamu sebagai investor melihat lebih jauh dan menghitung EV, kamu mungkin saja menemukan kewajiban utang yang serius yang dapat menimbulkan masalah. Enterprise Value Multiple Nah, setelah melakukan perhitungan EV, analis juga akan menghitung enterprise value multiple yang dihitung untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik BEP Break Even Point setelah akuisisi dilakukan. Rumus untuk menghitung enterprise value multiple yakni = EV / EBITDA Enterprise value multiple yang mengandung nilai perusahaan menghubungkan nilai total perusahaan yang tercermin dalam nilai pasar modalnya dari semua sumber dengan ukuran laba operasi yang dihasilkan, seperti laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi EBITDA. EBITDA merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dan digunakan sebagai alternatif pendapatan sederhana atau laba bersih dalam beberapa keadaan. Kita sebagai calon investor akan mendapatkan gambaran manfaat dari enterprise value multiple untuk dapat menilai harga saham, lho. Jika angka enterprise value multiple semakin kecil maka kinerja perusahaan semakin baik karena akan membutuhkan waktu yang lebih pendek agar dapat mencapai titik impasnya, yang akan memberikan dampak pada kinerja harga saham yang sedang diperdagangkan. Nilai yang diperoleh dari perhitungan enterprise value multiple harus dibandingkan dengan nilai yang dihasilkan perusahaan lain dalam sektor industri yang sama yah, agar kamu sebagai investor dapat memutuskan harga saham tersebut tergolong overvalued atau undervalued. Demikian pembahasan mengenai enterprise value, metode ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menganalisa saham suatu perusahaan secara fundamental dan juga melakukan penilaian sebelum berinvestasi pada suatu emiten. Nah, apakah kamu tertarik untuk berinvestasi saham, namun bingung untuk memulai? Yuk, berinvestasi di Ajaib. Aplikasi online yang memudahkan kamu untuk berinvestasi kapan saja dan dimana saja. Ajaib dapat kamu download langsung di smartphone milikmu, segera download yah!
JAKARTA- Di tengah isu resesi yang kini tengah terjadi di sejumlah negara, saham jenis value stock menjadi rekomendasi pilihan bagi Anda yang hendak sejumlah ekonom, saham jenis stock value memiliki imbal balik yang lebih positif dibanding jenis saham lainnya. Terlebih, saat inflasi melanda sebuah negara. Lantas, apa itu value stock?Value stock adalah jenis saham yang diperdagangkan di pasar modal dengan harga relatif lebih rendah terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini tercermin pada aset, pendapatan, dividen, dan arus kas perusahaan. Ini berarti, harga jual per lembar saham jenis value stock lebih rendah dibandingkan nilai intrinsik yang terkandung di Merilledge selasa, 6 September 2022, value stock memiliki sejumlah ciri. Pertama, value stock memiliki nilai rasio price to earning P/E yang sama atau lebih kecil daripada pasar. Hal ini menunjukkan bahwa harga saham relatif murah dengan kinerja lembar saham yang baik kedua, harga value stock lebih rendah dibanding harga saham perusahaan di industri yang sama. Inilah yang kemudian membuat jenis saham value stock berada lebih rendah dibanding saham sejenis meski punya arus kas yang tingkat laju atau pertumbuhan pendapatan lebih rendah dibanding harga saham perusahaan lainnya di pasar modal. Oleh sebab itu, jenis saham value stock umumnya membagi dividen dalam jumlah besar pada para terakhir, adanya kemungkinan terdapat risiko yang diakibatkan oleh memburuknya kinerja keuangan perusahaan. Meski begitu, value stock tergolong jenis saham yang minim risiko.
Tidak dapat dipungkiri jika saham merupakan salah satu instrumen investasi yang kerap dipilih oleh investor, khususnya yang telah berpengalaman. Investasi saham sendiri merujuk pada aktivitas menanam modal dengan cara membeli sebagian kepemilikan dari sebuah perusahaan atau institusi. Membeli saham sebuah perusahaan artinya percaya bahwa prospek dari perusahaan yang bersangkutan bakal terus berkembang seiring berjalannya waktu. Tapi, tahukah kamu jika dalam dunia investasi saham, terdapat 2 jenis saham yang penting untuk diketahui oleh para investor? Kedua jenis saham tersebut dikenal dengan istilah value stocks dan juga growth stocks. Keduanya tentu memiliki keunggulan dan kekurangannya tersendiri yang mampu memberi pengaruh signifikan terhadap potensi keuntungan investasi saham dan strategi yang dipilih oleh investor. Lalu, yang menjadi pertanyaan, apa sih yang dimaksud dengan value stocks dan growth stocks ini? Juga, apa saja perbedaan antara keduanya yang harus dipahami betul oleh para investor agar mampu mengoptimalkan keuntungan investasinya? Tanpa panjang lebar lagi, simak penjelasan tentang apa itu value stocks, growth stocks, dan perbedaan umum antara keduanya berikut ini. Apa Itu Value Stocks? Sejatinya, investasi saham adalah bentuk aktivitas investasi berjangka panjang. Investasi pada instrumen saham sebaiknya dilakukan dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan nilai wajar sebuah produk saham yang didapatkan dari proses analisis kinerja perusahaan yang diincar. Nah, terkait value stocks sendiri adalah jenis saham yang mana mencakup produk saham yang ditransaksikan pada pasar saham dengan nilai lebih rendah ketimbang nilai perusahaan yang sebenarnya. Artinya, nilai saham sebuah perusahaan relatif lebih rendah ketimbang kinerjanya jika mengacu dari laporan keuangan yang mencerminkan pendapatan, aset, arus kas, beban operasional, serta berbagai aspek lainnya. Baca Juga Index S&P 500 Definisi, Manfaat, hingga Daftar Perusahaannya Karakteristik Value Stock Terdapat beragam karakteristik yang dimiliki oleh produk saham dengan jenis value stocks ini, antara lain Rasio valuasi yang dijadikan sebagai dasar perhitungan nilai saham menggambarkan harga perdagangan yang lebih rendah dibanding nilai wajarnya saat ini. Rasio yang biasa digunakan tersebut adalah PBV atau Price to Book Value yang berada di bawah nilai 1 dan bisa dikatakan jika nilai sahamnya masih undervalue. Alasannya karena saham diperdagangkan dengan harga di bawah nilai bukunya. Rasio valuasi saham jenis value stocks juga bisa digunakan dengan PER atau Price to Earning Ratio yang mana saham bisa dikatakan undervalue apabila nilainya lebih kecil dibanding rerata angka PER sebelumnya, maupun di bawah rerata kompetitor lainnya pada industri bisnis yang sama. Value stocks juga biasanya dialami oleh perusahaan besar yang memiliki kinerja cukup baik. Namun, pelaku pasar tak memiliki minat terhadap penjualan sahamnya sehingga membuat harga yang diperdagangkan relatif rendah. Karakteristik value stocks lainnya adalah jenis saham ini bisa terjadi ketika persepsi dari pelaku pasar menganggap bahwa saham tersebut akan cenderung melemah dan membuat nilainya menurun. Padahal, jika melihat dari kinerja keuangan perusahaannya, saham tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi. Apa Itu Growth Stocks? Sementara suatu saham bisa dikatakan sebagai jenis growth stocks ketika mempunyai tingkat pendapatan dan penjualan yang terus bertumbuh secara pesat ataupun hingga melebihi pertumbuhan ekonomi dan jenis saham lain dalam industri yang sama. Perusahaan dengan jenis saham growth stocks umumnya bergerak dengan agresif pada sektor bisnisnya dan gencar melakukan pengembangan serta ekspansi terhadap usahanya. Akan tetapi, di sisi lain, karena terlalu berfokus pada ekspansi bisnis tersebut, sering kali emiten atau perusahaan dengan karakteristik growth stock ini tak memberi dividen pada para pemilik sahamnya. Hal ini tentu saja diakibatkan karena arus kas perusahaan difokuskan untuk melakukan ekspansi dan percepatan terhadap pertumbuhan bisnisnya. Tapi, sebagai gantinya, nilai saham yang dimiliki oleh investor memiliki peluang untuk melambung di waktu yang akan datang. Saham dengan jenis growth stocks mempunyai prospek pertumbuhan penghasilan dan juga laba yang pesat di masa depan, walaupun saat ini bisa dibilang kinerjanya masih mencatatkan kerugian bersih. Jenis saham ini umumnya bisa ditemukan pada emiten berskala kecil atau menengah karena aktivitas bisnisnya baru berjalan. Tapi, jika melihat kinerjanya beberapa waktu mendatang, potensi pertumbuhan bisnis dari perusahaan dengan jenis saham ini begitu menjanjikan dibanding emiten lainnya. Baca Juga TradingView, Platform Analisis Perdagangan yang Friendly untuk Pemula! Karakteristik Growth Stock Sama halnya dengan value stocks, saham growth stocks juga mempunyai beragam karakteristik yang perlu dipahami oleh investor. Berikut beberapa di antaranya. Emiten dengan jenis saham growth stocks biasanya mempunyai keunggulan dalam aspek kompetitif atau persaingan dengan para kompetitor di industri bisnis yang sama. Emiten dengan golongan growth stocks tersebut juga biasanya mempunyai PER yang relatif lebih tinggi ketimbang perusahaan lain. Karakteristik lainnya, perusahaan dengan jenis saham growth stocks juga sering kali tak membagikan dividen sama sekali pada para investornya. Kalaupun berniat untuk memberi dividen, nilainya bisa sangat kecil dan tak terlalu berpengaruh terhadap keuntungan investor. Penyebabnya tidak lain karena perusahaan lebih memfokuskan keuangannya untuk melakukan ekspansi terhadap bisnisnya agar pertumbuhannya menjadi lebih pesat. Perbedaan Antara Value Stocks dengan Growth Stocks Bagi yang belum tahu, mungkin saham jenis value stocks dan growth stocks dianggap identik dan tak memiliki perbedaan yang signifikan. Padahal, keduanya mempunyai ciri khas dan karakteristik yang unik, serta amat mempengaruhi strategi investor dalam berinvestasi. Nah, berikut adalah beberapa poin perbedaan umum antara saham jenis value stocks dan growth stocks yang penting untuk dipahami oleh para pemilik modal sebelum berinvestasi. Harga Saham Mengenai harga sahamnya, value stock merupakan saham yang diperjualbelikan dengan harga lebih rendah pada pasar modal. Nilai dari saham ini bahkan dianggap jauh lebih kecil ketimbang nilai intrinsik perusahaan jika melihat dari kinerja atau laporan keuangannya. Sedangkan pada saham jenis growth stocks adalah saham yang diperjualbelikan dengan harga yang lebih tinggi pada pasar modal ketimbang nilai intrinsik perusahaannya. Alasannya karena jenis saham ini mempunyai peluang cukup besar dalam menjalankan ekspansi bisnis atau meraih tingkat pertumbuhan tertentu. Karena alasan itulah mengapa investor berani membeli saham growth stocks dengan harga tinggi dari nilai sebenarnya. Price to Earning Ratio Perbedaan lainnya terletak dari rasio PE atau price to earning ratio. Pada saham value stocks, rasio ini biasanya mempunyai nilai yang setara atau lebih kecil ketimbang pasar yang menggambarkan rekam jejak pendapatan bagi investor. Di sisi lain, saham growth stocks mempunyai rasio PE yang umumnya lebih tinggi ketimbang pasar. Pembagian Dividen Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan dengan jenis saham value stocks sering kali membagikan dividen kepada para investornya dengan jumlah yang besar. Sebaliknya, perusahaan dengan saham growth stocks cenderung tak membagikan dividen pada investornya sama sekali atau dengan nominal yang kecil saja. Penyebabnya tidak lain karena perusahaan dengan jenis saham ini lebih memfokuskan keuangannya pada pengembangan dan ekspansi bisnis. Risiko yang Mungkin Muncul Perbedaan yang terakhir antara saham jenis value stocks dengan growth stocks terletak pada risiko yang mungkin muncul pada investor atau pemilik modal. Karena umumnya dimiliki oleh perusahaan yang sudah besar dan memiliki kinerja yang terjamin, berinvestasi di saham jenis value stocks bisa dibilang lebih aman dan minim risiko. Sedangkan untuk saham jenis growth stocks, karena umumnya dimiliki oleh perusahaan kecil atau menengah yang sedang fokus mengembangkan bisnisnya, risiko ketidakpastian yang dialami oleh investor tentu lebih tinggi. Dalam kata lain, risiko kerugian yang mungkin dialami oleh investor growth stocks relatif lebih tinggi, walaupun peluang keuntungan yang bisa didapatkannya juga tak kalah menjanjikannya. Jadi, Sudah Tahu Jenis Saham Mana yang Cocok dengan Strategi Investasi Sahammu? Pada dasarnya, baik saham jenis growth stocks maupun value stocks mempunyai keunggulan dan kekurangannya tersendiri. Tugas kamu sebagai investor adalah menyesuaikan kelebihan dan kelemahan tersebut dengan strategi dan tujuan investasi. Dengan begitu, peluang mendapatkan keuntungan yang optimal dari aktivitas menanam modal akan menjadi jauh lebih tinggi. Baca Juga Trading Saham Halal atau Haram? Begini Hukumnya Menurut Islam dan Tips Trading Syariah
– Dalam berinvestasi, ada salah satu aliran yang terkenal, yaitu value investing. Apakah kamu pernah mendengarnya? Value investing adalah sebuah strategi yang diperkenalkan oleh seorang investor terkenal, yaitu Benjamin Graham, dan dianut oleh beberapa investor ternama lainnya, seperti Warren Buffet dan Lo Kheng Hong. Nah, apa itu value investing sebenarnya? Bagaimana cara melakukannya dengan benar? Yuk, baca artikel ini untuk mengetahui detil-detilnya lebih lanjut! Apa itu Metode Value Investing? Contoh Kasus Value Investing Latar Belakang Value Investing Apa itu Nilai Intrinsik Value Investing Strategi Value Investing 1. Tentukan Metode Analisis 2. Mengetahui Sektor Terbaik di Pasar 3. Screening Saham 4. Memahami Nilai Intrinsik Saham 5. Lakukan Analisis pada Faktor Fundamental Perusahaan 6. Pelajari Histori Harga Saham Apakah value investing sama dengan investasi jangka panjang? Kapan waktu yang tepat menjual value investing? Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang! Apa itu Metode Value Investing? Value investing dilakukan dengan cara menganalisis rasio pada fundamental perusahaan, nilai intrinsik Intrinsic Value saham dan Margin of Safety MoS untuk mencari saham yang memiliki nilai Murah’ Undervalued. Investor yang melakukan value investing biasa disebut value investor. Cara sederhana untuk memulai strategi value investing adalah mencari saham yang Salah Harga’ berdasarkan laporan keuangannya. Teknik analisis yang biasa digunakan adalah top-down analysis, mulai dari kondisi makro ekonomi, kemudian kondisi industri, kemudian mengamati kondisi fundamental perusahaan serta pergerakan harga saham. Kondisi fundamental perusahaan bisa kamu analisis dengan mudah melalui laporan keuangan dan melihat bagian pentingnya, seperti aset lancar dan tidak lancar, laba/rugi, serta laporan cash flow. Kemudian, kamu bisa ambil kesimpulan, apakah emiten tersebut sehat secara finansial atau tidak. Prinsip terpenting adalah hanya membeli saham yang kinerja keuangannya bagus dan dijual murah pada saat ini, artinya berada di bawah nilai intrinsiknya. Namun, murah di sini bukan hanya soal nominal harga saham, tetapi soal nilai valuasi harga saham yang diincar. Contoh Kasus Value Investing Untuk lebih jelasnya, di bawah ini adalah contoh kasus value investing yang perlu kamu pahami. PT ABC memiliki harga saham dengan perhitungan harga wajar saham pada PT XYZ memiliki harga saham Rp400 dengan perhitungan harga wajar saham pada Rp500. Margin of Safety MoS dari PT ABC adalah / 3000 = 66,6%. Margin of Safety MoS dari PT XYZ adalah 500-400 / 500 = 20%. Melihat keterangan dari contoh di atas, maka saham yang lebih layak dibeli secara value investing adalah saham PT ABC karena memiliki MoS sebesar 66,6%. Saham PT XYZ tampak lebih murah dengan harga Rp500, tetapi saham perusahaan ini ditransaksikan pada MoS 20%, maka saham ini kurang layak dibeli jika dibandingkan dengan PT ABC. Latar Belakang Value Investing Orang pertama yang mengaplikasikan value investing adalah profesor Benjamin Graham, atau lebih dikenal sebagai bapak dari prinsip value investing yang telah membuat dua buah buku yang menjadi pedoman bagi para value investor yakni The Intelligent Investor dan Security Analysis. Benjamin Graham menekankan konsep filosofinya meliputi analisis fundamental, harga wajar saham, diversifikasi terkonsentrasi, Margin of Safety MoS, dan pemikiran yang kontrarian. Seberapa efektif teknik value investing ini? Sangat efektif. Anak didik dari profesor Benjamin Graham adalah Warren Buffett, beliau menggunakan teknik value investing sebagai salah satu teknik pembelian saham yang dia miliki. Lalu, bagaimana Benjamin Graham mencetuskan strategi ini? Pada tahun 1926, Benjamin Graham berhasil membentuk kerjasama investasi dengan Broker, Jerome Newman. Di saat yang bersamaan, ia juga mulai mengajar dengan menjadi dosen kelas malam dibidang keuangan, Universitas Columbia. Krisis keuangan tahun 1929 juga pernah membuat Benjamin Graham bangkrut total, meski begitu, usahanya terselamatkan oleh bantuan dari penjualan sebagian besar aset-aset personal. Sang Istri pun terpaksa kembali bekerja sebagai guru dansa. Benjamin Graham kembali bangkit, dan di situ ia telah belajar pengalaman paling berharga, yaitu sebuah rahasia yang akan dia wariskan kepada Investor di dunia melalui buku-bukunya. Pada tahun 1934, Benjamin Graham bersama David Dodd Akademis Columbia, kembali menerbitkan buku Security Analysis. Meski dalam masa krisis keuangan, buku itu tetap merekomendasikan. “Sukses untuk berinvestasi dengan saham biasa adalah mungkin, selama prinsip-prinsip investasi yang sehat tetap diterapkan.” Mereka telah memperkenalkan konsep intrinsic value atau nilai fundamental untuk membeli saham dengan nilai tersebut. Kerjasama mereka pun berlanjut, namun kali ini lebih produktif dan tidak pernah lagi merugikan para investor mereka dengan nilai kesuksesan return tahunan sekitar 17%. Benjamin Graham juga berhasil menulis buku The Intelligent Investor pada tahun 1949, yang juga dianggap sebagai Kitab Suci Investasi. Beliau-pun akhirnya pensiun di tahun 1956 dan wafat tahun 1976. Apa itu Nilai Intrinsik Value Investing Intrinsic value atau nilai intrinsik adalah nilai yang melekat pada investor dari perusahaan, investasi atau aset independen dari nilai pasar. Nilai intrinsik adalah konsep filosofis di mana kamu dapat menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal untuk memperkirakan nilai yang dirasakan dari suatu aset. Karena nilai intrinsik dapat diukur dengan berbagai faktor, menentukan nilai intrinsik aset terbuka untuk perusahaan dan investor yang berbeda bisa menghasilkan pendapat yang berbeda pula tentang nilai suatu aset. Sehingga, cara lain untuk mendefinisikan nilai intrinsik adalah sebagai harga di mana investor yang rasional bersedia membeli investasi dengan mempertimbangkan tingkat risikonya. Dengan nilai intrinsik, investor dapat memahami apakah biaya suatu aset dinilai terlalu rendah atau dinilai terlalu tinggi dibandingkan dengan nilai pasar aset tersebut. Mengetahui cara menentukan nilai intrinsik suatu aset dapat membantu investor membuat keputusan investasi yang terinformasi dengan baik dan membantu investor yang ingin membeli investasi pada tingkat yang lebih rendah dari nilainya. Strategi Value Investing Dalam mengambil langkah value investing, kamu sebagai investor akan melakukan teknik dan perhitungannya masing-masing. Namun, ada beberapa langkah yang secara umum digunakan. Berikut ini adalah berbagai strategi value investing yang bisa dilakukan agar dapat mengambil keputusan yang tepat sebelum berinvestasi. 1. Tentukan Metode Analisis Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan value investing. Misalnya, kamu bisa memilih metode top-down analysis maupun bottom-up. Top-down analysis berarti menganalisis secara kondisi makro ekonomi, kondisi sektor, kemudian baru menganalisis kerja emitennya. Sedangkan, bottom-up analysis menganalisis urutan yang sebaliknya, yaitu kinerja emiten, sektor, setelah itu kondisi makro ekonomi. 2. Mengetahui Sektor Terbaik di Pasar Isu ekonomi yang berkembang pada masyarakat selalu menjadi faktor penting dalam menentukan investasi atau pembelian saham. Dengan memahami sektor yang sedang naik atau diprediksi naik, kamu bisa lebih tepat dalam membeli sebuah saham. 3. Screening Saham Evaluasi terhadap saham tertentu sangat penting untuk dilakukan. Namun, sebelumnya pastikan kamu melakukan screening saham yang menjadi market leader di sektornya dan memiliki bisnis yang tumbuh. Hal ini dilakukan mengingat ada ratusan emiten yang bisa dilirik. Evaluasi mendalam pada setiap emiten akan menghabiskan waktu dan justru menghilangkan momentum. Oleh karena itu, lakukan screening sebanyak-banyaknya dan lakukan evaluasi mendalam pada beberapa yang dipilih. 4. Memahami Nilai Intrinsik Saham Pemahaman tentang nilai intrinsik wajib kamu miliki sebelum melakukan value investing. Kamu harus bisa mengetahui harga wajarnya atau rata-rata dari setiap saham. Penilaian ini bisa dilakukan dengan berbagai rasio laporan keuangan. 5. Lakukan Analisis pada Faktor Fundamental Perusahaan Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang wajib diperhatikan sebelum kamu membeli saham atau melakukan value investor. Beberapa aspek yang bisa kamu nilai dari laporan tersebut adalah seperti ekuitas, laba, cash flow, dan lainnya. Hindari perusahaan yang memiliki laporan keuangan terbaru buruk atau bahkan manipulatif. 6. Pelajari Histori Harga Saham Membeli saham yang menguntungkan sangat ditentukan oleh momentum pembelian. Meski begitu, hal ini tidak dilakukan dengan prediksi sembarangan. Kamu bisa membaca history perdagangan perusahaan karena umumnya fenomena ekonomi akan berulang. Apakah value investing sama dengan investasi jangka panjang? Banyak investor yang sering menanyakan apakah value investing sama dengan investasi jangka panjang? Maka jawabannya adalah iya. Value investing merupakan salah satu strategi investasi jangka panjang yang dilakukan ketika sebuah nilai saham dinilai murah dan akan dijual ketika nilainya telah menguntungkan atau meningkat. Jadi, bagi kamu yang ingin mendapat keuntungan investasi jangka panjang, kamu harus mengetahui dengan benar strategi value investing. Kapan waktu yang tepat menjual value investing? Tidak hanya waktu membeli saham, kamu juga harus menentukan waktu menjual saham. Oleh karena itu, pentingnya untuk melakukan monitoring untuk menentukan waktu yang tepat untuk menjual saham. Misalnya, setelah kamu melakukan pemantauan dan ternyata kamu menemukan salah satu saham yang dibeli mengalami kerugian atau masalah serius seperti manajemennya mengalami masalah hukum. Maka, itulah waktu yang tepat untuk kamu mempertimbangkan kapan waktunya menjual saham. Hal yang penting adalah perlunya melakukan analisis yang mendalam. Jangan sampai kamu gegabah dengan menjual saham hanya karena labanya turun sedikit saja. Selain itu, salah satu caranya adalah dengan mengetahui trend pergerakan saham apakah sedang mengalami downtrend atau uptrend. Namun, jika perusahaan tersebut tetap memiliki fundamental yang sangat bagus maka kamu disarankan untuk tetap hold saja. Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang! Masa depan kamu tentu akan menjadi lebih terjamin dan aman secara finansial bila kamu berinvestasi, bukan? Ajaib Sekuritas hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih aman dan terpercaya. Mulai perjalanan investasimu bersama Ajaib Sekuritas sekarang, karena proses pendaftarannya yang mudah dan 100% online, tanpa memerlukan modal yang besar. Berbagai layanan dan indeks saham juga tersedia dalam rangka mendukung investasimu agar semakin maksimal! Mulai dari saham, reksadana, margin trading, day trading, dan layanan bagi nasabah premium, Ajaib Prime, bisa kamu temukan di aplikasi Ajaib Sekuritas. Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib Sekuritas sekarang!
top value saham adalah